A. Tipe – tipe Nagiotor
Cara berkomunikasi dengan baik mungkin juga perlu dimiliki oleh seorang negosiator supaya ia mampu menangani apa yang menjadi keinginan antara kedua belah pihak. Jenis komunikasi yang dilakukan memang termasuk komunikasi interpersonal. Namun demikian, ada pula tipe negosiator yang sama sekali tidak kompeten dalam memegang kendali dalam hal kesepakatan bisnis. Berikut ini adalah beberapa macam tipe dari negosiator yang mungkin bisa kita ketahui
1. Tipe Asertif
Negosiator dengan tipe asertif adalah salah satu tipe yang sangat direkomendasikan. Jarang ada yang mampu memiliki sikap dan sifat asertif. Asertif adalah kemampuan menyampaikan sesuatu tanpa menyakiti pihak tertentu. Meskipun sesuatu yang akan disampaikan tersebut sifatnya berupa kesalahan suatu pihak, namun pihak lain tetap bisa menerima dengan baik. Ini adalah jenis negosiator yang patut menjadi panutan.
2. Tipe Akomodator
Tipe akomodator dari seorang negosiator memiliki pengertian bahwa seorang negosiator tersebut akan berorientasi pada hubungan yang baik. Ini berarti umumnya negosiator dengan tipe akomodator akan berusaha “menyenangkan” orang lain. Biasanya negosiator tipe akomodator lebih berusaha menjaga mood dari beberapa macam pihak yang terlibat.
3. Tipe Analisis
Hampir mirip dengan tipe asertif, tipe analisis merupakan tipe negosiator yang sama-sama bersifat menyampaikan sesuatu dengan berusaha tanpa menyakiti beberapa pihak yang ada. Perbedaannya ada pada spontanitas dari pesan yang akan disampaikan. Pada tipe asertif, seseorang mungkin akan lebih spontan mengungkapkan apa yang menjadi inti permasalahan. Tipe analisis tidak akan terburu-buru dalam mengungkapkan hal tersebut sampai fakta dan data terkumpul dengan terstruktur.
4. Tipe Curang
Tipe negosiator curang sudah terlihat dari namanya. Tipe ini akan berusaha memenangkan kesepakatan dengan berbagai macam cara yang licik. Tentu saja ini adalah jenis negosiator yang perlu dihindari, meskipun dalam beberapa macam bisnis, praktik kecurangan diambil untuk memenangkan suatu pihak saja. Ini adalah salah satu hal yang kurang bagus dan etis ketika diterapkan dalam dunia bisnis. Persaingan bisnis menjadi kurang sehat tentunya. Manajemen public relations agaknya menjadi sebuah hal yang kurang dikuasai oleh tipe ini.
5. Tipe Profesional
Tipe profesional sebenarnya merangkum tiga tipe negosiator teratas dari daftar ini. Sikap yang profesional ditunjukan sebagai jalan untuk membuka keobjektifan dari kesepakatan bisnis yang akan diambil. Tipe negosiator dalam komunikasi bisnis ini termasuk bagus dan cocok untuk digunakan manakala ada kesepakatan bisnis yang penting dan perlu diambil. Bahkan, bisa saja tipe ini menguasai komunikasi bisnis lintas budaya yang menjadikan kesepakatan cepat untuk diambil.
6. Tipe Bodoh
Negosiator tipe bodoh adalah tipe yang tidak berusaha memenangkan kedua belah pihak. Ini sedikit menggelikan, karena bagaimana pun juga, kesepakatan bisnis ingin dicapai dengan menggunakan bantuan negosiator. Namun sayangnya, ada tipe yang justru tidak ingin memenangkan kesepakatan untuk kedua belah pihak. Hasilnya tentu saja membuat hasil kesepakatan yang akan diambil menjadi lebih lama dan mengulur-ulur waktu. Komunikasi informal bahkan sering timbul dari tipe negosiator ini.
7. Tipe Naif
Tipe naïf kebalikan dari tipe bodoh. Apabila tipe bodoh tidak berusaha memenangkan kesepakatan antara kedua belah pihak, tipe naif justru tidak menguasai sama sekali bahan apa yang akan menjadi kesepakatan. Umumnya, tipe naif tidak memiliki posisi netral yang kuat. Ia akan mudah terpancing dengan argumen suatu pihak. Namun bila pihak lain argumennya ternyata lebih disukai, negosiator ini juga akan menyetujuinya juga.
B. Cara Menghadapi Konflik Pada Saat Bernegosiasi
Frost dan Wilmot mengidentifikasikan empat strategi untuk mengatasi konflik, yaitu sebagai berikut:
1. Menghindar
2. Eskalasi
3. Reduksi
4. Pemeliharaan.
Sementara Dunnete (1976) memberikan lima strategi untuk mengatasi konflik dalam lima kemungkinan, yaitu sebagai berikut:
1. Jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri tinggi maka gunakan pemaksaan;
2. Jika kerja sama rendah dan kepuasan diri sendiri rendah maka penghindaran;
3. Jika kerja sama dan kepuasan diri sendiri seimbang maka gunakan kompromi;
4. Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri sendiri tinggi maka gunakan kolaboratif; dan
5. Jika kerja sama tinggi dan kepuasan diri sendiri rendah maka gunakan penghalusan.
Sources
Tidak ada komentar:
Posting Komentar